Beji Dalem Blambangan Karang Suwung

Dijaga Rencangan Sampi Selem

Tengetnya tanah Bali memang tidak bisa dipungkiri, setiap tempat yang keramat ataupun suci pasti memiliki sejarah dan tidak lepas dari cerita-cerita misteri. Seperti Beji Dalem Blambangan Karang Suwung dengan lokasi di belakang Pura Dalem Blambangan, Banjar Koripan Kaja, Desa Abian Tuwung, Tabanan menyimpan misteri tersendiri.

Jika datang dari arah Denpasar menuju ke Tabanan melintas di Desa Abian Tuwung maka akan melewati Banjar Koripan Kaja. Di jalanan utama sebelum memasuki Banjar Koripan, suasana tenget sudah dapat dirasakan. Sesuai dengan nama banjarnya sudah dapat diketahui bahwa wilayah banjar merupakan tanah tenget yang dulunya dikenal sebagai alas Kauripan.

“Wilayah banjar ini dulunya dikenal dengan nama Alas Kauripan yang merupakan hutan yang sangat tenget dan saat itu tak ada seorang pun yang berani merambah hutan ini. Bahkan dulunya di jalan utama sebelum memasuki banjar Koripan tidak ada orang yang berani melintas lewat sanikaon. Biasa ada kejadian-kejadian aneh, atau terjadi kecelakaan,” ungkap I Gede Wayan Pasek Suarjaya, Iptu pemangku Beji Dalem Blambangan Karang Suwung yang juga merupakan pemangku Pura Dalem Blambangan.

Setelah memasuki Banjar Koripan Kaja, Desa Abian Tuwung, Tabanan kira-kira 200 m dari jalanan utama bisa ditemukan Pura Dalem Blambangan. Di sebelah utara pura, agak masuk ke dalam dengan suasana tempat yang menyerupai hutan yang ditumbuhi pohon-pohon besar dan teduh menjadikan tempat ini terasa angker. Di sinilah tempat Beji Dalem Blambangan Karang Suwung.

Dumun leluhur tiang datang dari Pura Tampak Songo, Jawa makta Pura Tampak Songo. Raris mekarya tempat pemujaan yang sangat sederhana disusun dari batu-batuan yang dulunya disebut Pura Bangbang, kemudian menjadi Bambang, dan kini dikenal dengan nama Pura Dalem Blambangan. Driki linggih Ida Mantrin Kauripan miwah Galuh Dao. Sareng prekangge Ida Ratu Wayan, Ratu Made, Ratu Nyoman, Ratu Grombong Selem, dan Ratu Penyarikan. Di samping gundukan tanah niki sampun Beji Dalem Blambangan Karang Suwung,” jelasnya.

Leluhurnya saat itu telah memiliki perencanaan yang matang mengenai tempat suci pura. Maka saat ditemukan, pura ini telah memiliki tempat pasucian yaitu Beji Dalem Blambangan Karang Suung. Sesuai dengan bukti-bukti yang ada di lokasi beji, terlihat bahwa pada awalnya Pura Dalem Blambangan terletak tepat disamping beji. Sama dengan keberadaan beji, tempat pura hanya berupa gundukan tanah. Saat ini Pura Dalem Blambangan telah dipindahkan (digeser) tempatnya agak ke selatan dari tempat aslinya saat batu pertama diletakkan di alas Kauripan.

Dengan bangunan yang telah permanen dan memenuhi tri mandala, yakni utama mandala, madya mandala dan nista mandala. Meski telah dipindahkan, namun hingga kini sisa-sisa Pura Dalem Blambangan yang asli, kini terlihat seperti gundukan masih ada. Pemangku masih tetap menghaturkan wewangian di tempat ini pada hari-hari tertentu.

Tempat beji ini memang sangat sepi, dan mampu membuat perasaan menjadi tegang dan merinding ketika berada di tempat ini. Sama dengan tengetnya Pura Dalem Blambangan yang dijadikan sebagai tempat nunas kesidhian oleh para balian, tempat nunas tamba dan nunas keturunan. Dikaitan dengan adanya pura tentunya beji ini tidak dapat dikesampingkan yang merupakan genah ngamejian Ida Bhatara Dalem Blambangan yang dikenal sangat keras namun juga sangat sueca dalam memberikan berkah bagi pemedek yang tangkil dengan kesungguhan hati.

Saat menelusuri tempat keberadaan beji ini, tidak ditemukan adanya air ataupun pelinggih tempat persembahyangan. Yang terlihat masih sangat asli gundukan tanah sejak zaman dulu yang dijadikan sarana pemujaan dan menghubungkan diri dengan Ida Sesuhunan Beji Dalem Blambangan Karang Suwung. Di atas gundukan tanah itulah diletakkan sajen untuk nunas keselamatan. Menurut pemangku air beji ini tidak bisa diteba kapan datangnya. Tidak ada seorangpun warga yang berani slapat-slapat pada jam-jam tertentu di tanah beji ini. Terbukti beberapa kali ada warga yang melihat dan merasakan langsung adanya makhluk lain yang menguasai tempat tersebut.

“Sane nyaga genah beji niki wenten rencangan sampi selem. Wenten anak taen slapat-slapat driki nuju tengi lepet jam roras tengaine, langsung lari terbirit-birit kocap manggihin sampi selem gede,” ungkap pemangku yang juga merupakan pemangku Padmasana Polres Badung.Sadnyari